SIAPA yang tidak mengenal Bu Ira Mirawati atau ‘Bu Ira Mira Dosen TikTok’? Di kalangan mahasiswa Generasi Z, sosok Bu Ira Mira terkenal sebagai dosen online mereka berkat konten-konten perkuliahan yang kerap beliau bagikan di akun TikTok @buiramira yang telah diikuti oleh lebih dari satu juta akun.
Bu Ira, biasa beliau disapa, merupakan dosen sekaligus Kaprodi Manajemen Komunikasi Universitas Padjadjaran. Tak hanya aktif mengajar dan ngonten, beliau juga aktif berkegiatan di Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) wilayah Jawa Barat.
Bersama ISKI Jawa Barat, Ira mengadakan acara talkshow KRAMAS: Klinik Riset Mahasiswa Episode 4 dengan topik Surviving Sidang. KRAMAS sendiri merupakan program kerja rutin Divisi Riset dan Pengembangan Keilmuan ISKI Jawa Barat.
KRAMAS: Klinik Riset Mahasiswa Episode 4 “Surviving Sidang” yang diselenggarakan di Universitas Islam Bandung, 19 Februari 2024 Acara ini dilakukan pada hari Senin, 19 Februari 2024 dan berlokasi di Auditorium Gedung Dekanat, Universitas Islam Bandung (Unisba) dan dihadiri sekiranya 150 mahasiswa FIKOM Unisba.
Pada sesi opening remarks, turut hadir Dr. Hj. Atalia Praratya, S.IP., M.I.Kom selaku Ketua Umum ISKI Jawa Barat. Bu Cinta, begitu beliau biasa disapa, mengaku turut senang melihat antusiasme peserta KRAMAS yang merupakan mahasiswa tingkat tiga dan empat yang sebentar lagi akan menghadapi sidang skripsi. Atalia Praratya ketika memberikan opening remarks pada acara KRAMAS.

Tak hanya itu, Bu Cinta juga memberikan dukungan serta semangat bagi para mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi. Baginya, skripsi yang baik adalah skripsi yang selesai dengan baik. Cara mewujudkan skripsi yang selesai dengan baik adalah terus belajar, berusaha, dan mempersiapkan diri.
Sesi sambutan juga diisi oleh Prof. Dr. Atie Rachmiatie, M.Si selaku Dekan FIKOM Unisba yang turut memotivasi mahasiswa agar berusaha menyelesaikan studinya tepat waktu.
Acara KRAMAS kali ini dipandu oleh Ferra Martian M.I.Kom yang merupakan dosen FIKOM Unisba. Topik diskusi pun kemudian dipantik oleh Dr. Ani Yuningsih, M.Si selaku Kaprodi Sarjana FIKOM Unisba dengan menceritakan pengalaman beliau ketika menyusun skripsi, dan berbagai keresahan yang kerap kali menghantui benak mahasiswa baik saat mengerjakan skripsi, maupun menuju sidang skripsi itu sendiri.
“Perjalanan panjang kuliah seperti lari marathon. Supaya tidak merasa bahwa skripsi adalah rintangan yang berat, maka kita perlu mengubah mindset kita tentang skripsi. Jangan anggap skripsi sebagai beban, tetapi anggaplah skripsi sebagai tanda bahwa selangkah lagi kita akan menjadi sarjana,” ujar Ira dalam sesi talkshow KRAMAS.
Ira menyebutkan bahwa salah satu hal yang menjadi problematika mahasiswa adalah kekhawatiran judul mereka tidak disetujui oleh dosen pembimbing. Kekhawatiran yang sama juga dirasakan mahasiswa ketika dosen pembimbing telah menyetujui, tetapi dosen penguji justru ‘membantai’ mereka ketika sidang.
Apabila menghadapi hal tersebut, Ira memberikan kiat bagi para mahasiswa untuk memilih topik yang disukai dan dikuasai. Khusus untuk rumpun Sosial dan Humaniora yang dinamis, Ira menitipkan tips agar senantiasa up to date terhadap isu, metode, hingga teori yang sifatnya kekinian agar penelitian skripsi yang dibuat tak ketinggalan zaman.
Setiap mahasiswa pasti menginginkan sidang skripsi yang lancar tanpa ‘dibantai’ oleh dosen penguji. Mengutip ucapan Koordinator Divisi Riset dan Pengembangan ISKI Jabar, Vidi Sukmayadi, Ph.D., bahwa kepercayaan diri adalah hak prerogatif bagi orang-orang yang siap, Ira mengatakan bahwa itu juga berlaku untuk sidang skripsi.
Mahasiswa sebenarnya bisa mengupayakan agar sidang skripsi jadi menyenangkan. Rajin bimbingan dan berdiskusi dengan dosen pembimbing akan membuat mahasiswa menjadi lebih siap. Mahasiswa perlu ingat bahwa tugas utama mereka adalah berkuliah, dan skripsi adalah bagian dari perkuliahan.

Para mahasiswa FIKOM Unisba juga sangat semangat dan antusias ketika Bu Ira mempersilakan mereka untuk bertanya pada sesi tanya jawab. Salah satu pertanyaan yang ditanyakan oleh mahasiswa adalah “apakah skripsi yang bagus adalah skripsi yang tebal?”
Tebal atau tipisnya halaman naskah skripsi juga salah satu kekhawatiran mahasiswa yang paling umum. Bagi mereka yang tak gemar menulis, bayangan bahwa ketebalan skripsi berbanding lurus dengan kualitasnya semakin menambah ketakutan mereka jelang sidang skripsi.
Namun, Ira menegaskan bahwa skripsi yang bagus adalah skripsi yang memenuhi kriteria ketentuan penyusunan skripsi, tidak dinilai dari banyak atau sedikitnya jumlah halaman.
“Skripsi yang terlalu tebal atau terlalu tipis kadang jadi menimbulkan pertanyaan, bagaimana data yang didapatkan, diolah, dan dianalisis oleh mahasiswa?” lanjut Ira.
Acara ditutup dengan meriah. Tak sedikit para peserta yang menghampiri Bu Ira untuk berfoto bersama. Sebagai seorang educational content creator, mereka menganggap bahwa konten-konten Bu Ira telah banyak membantu mereka dalam menghadapi perkuliahan. Mulai dari tips menulis, cara meneliti yang baik dan benar, hingga strategi menyelesaikan skripsi.
Sebagai agenda rutinan, KRAMAS tentunya akan terus berlanjut. Target dari acara ini adalah menjangkau kampus-kampus di wilayah Jawa Barat. (Sarah Annisa Fadhila)***